Kamis, 07 Mei 2015

PEMBERITAHUAN KEASLIAN GAMBAR PRODUK PATRIA LOGAM

Dengan Maraknya aksi penipuan yang terjadi pada Tahun-tahun belakangan ini, Manajemen Patria Logam menghimbau kepada Konsumen, khususnya konsumen luar kota untuk berhati-hati dalam bertransaksi. Gambar Produk Patria Logam telah dijiplak dan dipakai oleh Blog orang yang tidak bertanggung jawab (corlogamkla***.blogspot.com), maka dengan ini kami menghimbau kepada konsumen yang selama ini telah menjadi pelanggan kami dan konsumen yang ingin menjadi pelanggan setia kami untuk selalu menghubungi dan mengkonfirmasi dulu ke Kontak kami di 08122711079. agar pesanan yang anda harapkan dan sesuai dengan keinginan konsumen. Terima Kasih atas kepercayaannya selama ini kepada Patria Logam Ceper Klaten. Kami akan selalu memberi Pelayanan yang Terbaik untuk konsumen kami. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya.
                                                                                                                         Salam hormat,
                                                                                                                        

                                                                                                                          HARDIYONO
                                                                                                                           Pemilik Patria Logam

Jumat, 30 Agustus 2013

Pengertian Pengecoran

Pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi. Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Setelah logam cair memenuhi rongga dan kembali ke bentuk padat, selanjutnya cetakan disingkirkan dan hasil cor dapat digunakan untuk proses sekunder. Pasir hijau untuk pengecoran digunakan sekitar 75 percent dari 23 million tons coran yang diproduksi dalam USA setiap tahunnya.
Untuk menghasilkan tuangan yang berkualitas maka diperlukan pola yang berkualitas tinggi, baik dari segi konstruksi, dimensi, material pola, dan kelengkapan lainnya. Pola digunakan untuk memproduksi cetakan. Pada umumnya, dalam proses pembuatan cetakan, pasir cetak diletakkan di sekitar pola yang dibatasi rangka cetak kemudian pasir dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai kepadatan tertentu. Pada lain kasus terdapat pula cetakan yang mengeras/menjadi padat sendiri karena reaksi kimia dari perekat pasir tersebut. Pada umumnya cetakan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah sehingga setelah pembuatan cetakan selesai pola akan dapat dicabut dengan mudah dari cetakan.
Inti dibuat secara terpisah dari cetakan, dalam kasus ini inti dibuat dari pasir kuarsa yang dicampur dengan Airkaca (Water Glass / Natrium Silikat), dari campuran pasir tersebut dimasukan kedalam kotak inti, kemudian direaksikan dengan gas CO2 sehingga menjadi padat dan keras. Inti diseting pada cetakan. Kemudian cetakan diasembling dan diklem.
Sembari cetakan dibuat dan diasembling, bahan-bahan logam seperti ingot, scrap, dan bahan paduan, dilebur di bagian peleburan. Setelah logam cair dan homogen maka logam cair tersebut dituang ke dalam cetakan. Setelah itu ditunggu hingga cairan logam tersebut membeku karena proses pendinginan. Setelah cairan membeku, cetakan dibongkar. Pasir cetak, inti, dan benda tuang dipisahkan. Pasir cetak bekas masuk ke instalasi daur ulang, inti bekas dibuang, dan benda tuang diberikan ke bagian fethling untuk dibersihkan dari kotoran dan dilakukan pemotongan terhadap sistem saluran pada benda tersebut. Setelah fethling selesai apabila benda perlu perlakuan panas maka diproses di bagian perlakuan panas.
Proses pengecoran sendiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu traditional casting dan non-traditional/contemporary casting.
Teknik traditional terdiri atas :
1. Sand-Mold Casting
2. Dry-Sand Casting
3. Shell-Mold Casting
4. Full-Mold Casting
5. Cement-Mold Casting
6. Vacuum-Mold Casting
Sedangkan teknik non-traditional terbagi atas :
1. High-Pressure Die Casting
2. Permanent-Mold Casting
3. Centrifugal Casting
4. Plaster-Mold Casting
5. Investment Casting
6. Solid-Ceramic Casting
Perbedaan secara mendasar di antara keduanya adalah bahwa contemporary casting tidak bergantung pada pasir dalam pembuatan cetakannya. Perbedaan lainnya adalah bahwa contemporary casting biasanya digunakan untuk menghasilkan produk dengan geometri yang kecil relatif dibandingkan bila menggunakan traditional casting. Hasil coran non-traditional casting juga tidak memerlukan proses tambahan untuk penyelesaian permukaan.
Jenis logam yang kebanyakan digunakan di dalam proses pengecoran adalah logam besi bersama-sama dengan aluminium, kuningan, perak, dan beberapa material non logam lainnya.

Rabu, 14 Agustus 2013

Sejarah pengecoran Logam Batur Ceper Klaten


SEJARAH
A. Pada zaman keemasan kerajaan Mataram, dibawah pemerintahan Sultan Agung, ada 4 (empat) orang pengembara dari daerah Serang (Banten) Jawa Barat datang diwilayah Mataram. Keempat bersaudara itu bernama Ki Ageng Serang Kusuma, Ki Ageng Barat Ketiga, Ki Ageng Bang Sri dan Nyi Ageng Jepara.
Ki Ageng Serang Kusuma dan Ki Ageng Barat Ketiga membuat tempat hingga tinggal didaerah Batur, Ceper, Klaten.
Sebagai cikal bakal desa, maka makam Ki Ageng Serang Kusuma dan Ki Ageng Barat Ketiga sampai sekarang masih dimuliakan penduduk Batur.
Ki Ageng Serang Kusuma hidup sebagai empu cor yang membuat kejen (mata bajak). Sedangkan Ki Tampir yang membuka Dukuh Tampiran (sebelah Utara Batur) adalah tukang cor abdi dalem Ki Ageng Serang Kusuma.
Suatu ketika Sultan Agung keluar dari Istana, setelah mendapat wangsit bahwa putera mahkota Kerajaan Mataram yang sedang sakit, hanya akan dapat sembuh apabila mendapat ketupat berkah dari seorang pedagang keliling.
Sultan Agung bertemu dengan Ki Ageng Barat Ketiga dan langsung memesan ketupat berkah yang akan dijadikan obat. Ki Ageng Barat Ketiga pergi, tak lama kemudian sudah kembali bersembah membawa ketupat dari Mekkah yang masih hangat. Karena kecepatan jalan Ki Ageng itulah maka Sultan lalu memberi gelar Ki Ageng Barat Ketiga, sebab mampu berjalan secepat barat (angin) dimusim ketiga (kemarau).
Sementara itu Nyi Ageng Jepara meneruskan penggembaraannya dan kawin dengan Ki Ageng Jepara.
Ki Ageng Bang Sri terus ketimur membuka tanah Magetan atau Kabupaten Magetan sekarang. Disana ia membuka besaken cor besi yang juga membuat kejen (mata bajak). Sampai sekarang desa Magetan di kabupaten Magetan, masih dikenak cornya yang menghasilkan kejen tersebut.
Tetapi karena pengrajin Magetan terlalu tradisional, maka perusahaan mereka tidak berkembang seperti didaerah Batur, Ceper, Klaten.

B. Dari Besalan ke Dapur Tungkik
Pengrajin yang tertua tentu saja masih amat sederhana prosesnya. Tungku peleburan besi tersebut bernama BESALEN. Besalen berwujud tobong batu bata yang berbentuk pipa. Pada dasarnya diberi kowen yang berbentuk cangkir dari bahan tanah yang didatangkan khusus dari desa Byat, Kabupaten Klaten. Sebab pada waktu itu, tanah dari daerah lain tidak bisa dipergunakan untuk membuat kowen (kowi) tersebut.
Sebagai bahan bakar pengecorannya, berupa arang kayu kesambi. Setelah dibakar kemudian dihembuskan dari ububan yang klepnya terbuat dari kulit kerbau. Bentuk ububan besalen sama dengan ububan pande besi biasa tetapi posisinya tidak berdiri melainkan mendatar (ditidurkan).
Untuk mencairkan (melebur) besi cor pada waktu itu diperlukan waktu ± 7 jam terus menerus.
Kapasitas pengecoran dalam 1 (satu) hari adalah satu dacin atau 62,5 kilogram.
Pengecoran dengan menggunakan besalen, berlangsung ratusan tahun. Pada waktu itu saling membantu secara gotong royong. Siapa yang akan mengecor, membunyikan kenthongan dan seketika masyarakat desa membantunya tanpa dibayar upah sama sekali.

C. Zaman Pemarintahan Hindia Belanda.
Dengan didirikannya Pabrik Gula dan Karung Goni, maka para pengusaha cor (home industri) didaerah Batur telah mulai dipesani komponen-komponen (suku cadang) pabrik-pabrik tersebut dalam arti komponen yangsangat sederhana.

D. Zaman Jepang
Yang sangat besar pengaruhnya adalah pada zaman Jepang. Para pengusaha cor logam diperintah secara paksa supaya bersedia membuat longsongan granat untuk kebutuhan perang.
Pada waktu ini para pengusaha cor banyak yang menyatakan tidak bersedia mengerjakannya akan tetapi karena terus dipaksa dan diawasi secara ketat maka bagaimanapun juga harus bersedia walaupun sesungguhnya bertentangan dengan pikiran dan perasaan mereka yang mayoritas memeluk agama Islam.


E. Zaman Kemerdekaan
Tepatnya pada tahun 1953 mulai ada pesanan alat-alat pertanian yang masuk kedaerah Batur, Ceper, Klaten. Agar mendapat hasil produksi sesuai pesanan, maka Dinas Perindustrian memberikan bimbingan modernisasi peralatan ububan berupa Blower dengan baling-baling yang digerakkan dengan menggunakan mesin Diesel.
Tentu saja bentuk besalennya harus dirubah dan disesuaikan dengan pemakaian Blower tersebut. Maka terciptakanlah open / dapur tungkik yaitu suatu modifikasi dari dapur kupola yang terbuat dari bahan plat baja berbentuk silinder. Pada bagian dalam dilapisi batu tahan api. Diameter dapur tungkik tersebut berkisar antara 65 cm dan tingginya ± 200 cm.
Dengan modernisasi open / dapur tungkik, maka keadaan industri rumah tangga (home industri) maju selangkah. Kemudian yang lain ikut berbuat yang sama.
Di daerah Batur, Ceper, Klaten masih ada satu besalen, sedangkan pada umumnya sekarang ini pengusaha-pengusaha cor logam telah memiliki open / dapur tungkik tersebut.
Mulai tahun 1993, beberapa pengusaha cor logam di daerah Batur, Ceper, Klaten telah banyak berkembang dan telah menggunakan Dapur Kupola yang lebih modern.

Seperti halnya Unit Pengecoran Logam yang terletak didaerah Batur, Kal.Tegalrejo, Kec.Ceper, Kabupaten Klaten dengan pengusaha 100% pribumi, maka pemerintah pada tahun 1973 telah merintis untuk mewujudkan Lembaga apa yang bisa dibentuk untuk mewadahi secara keseluruhan para pengusaha cor logam di Sentra Batur yang jumlahnya pada waktu itu ± 103 pengusaha yang sebelumnya telah memiliki beberapa organisasi yang berpusat di Batur.
Adapun organisasi tersebut antara lain :
  1. Koperasi Cor Logam “PRASODJO” yang telah berbadan hukum tahun 1962 dengan bentuk Koperasi Produksi.
  2. Koperasi G.P3.T. Organisasi ini berbentuk gabungan dan usahanya adalah mengusahakan bahan baku untuk anggota.

Di saat pemerintah merintis Lembaga yang fungsinya untuk mengkoordinir para pengusaha cor logam, kedua organisasi ini telah lama tidak menampakkan kegiatannya lagi.
Adapun perintisan pemerintah yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
  1. Perintisan pemerintah Tahap I, pada awal tahun 1973, akan membentuk PT. Mein Contractor yang berlokasi diBatur dengan usaha memproduksi kaki mesin jahit. Dalam hal ini pemerintah berusaha mengawinkan para pengusaha cor logam di Batur sebagai produsen kaki mesin jahit disatu pihak dengan asosiasi-asosiasi pabrik mesin jahit dilain pihak. Dalam kesempatan ini, proyek menitikberatkan pada segi pemasaran  hasil produksi terlebih dahulu. Sedangkan pemerintah ikut didalamnya sebagai pengarah dan pengawas yang dominan. Agaknya hasil mujur belumlah tiba, akhirnya usaha tersebut berkesudahan dengan kegagalan.
  2. Perintisan pemerintah Tahap II, dimulai sekitar awal tahun 1975 dengan bentuk yang berbeda. Pada kesempatan ini ditangani oleh Sub. Proyek Bimbingan dan Pengembangan Industri Kecil (BIPIK) dilingkungan Direktorat Jenderal Industri Logam dan Mesin, atau disingkat dengan Sub.Pro. BIPIK / ILM – Departemen Perindustrian RI. Proyek ini lebih menitikberatkan pada segi peningkatan hasil produksi daripada pemasaran hasil produksinya.
Oleh karena itu bantuan pemerintah diwujudkan dengan seperangkat mesin yang terdiri dari:
  • Mesin Bubut                              18 unit
  • Mesin Frais                                  3 unit
  • Mesin Boor                                  6 unit
  • Generator Set                              4 unit
  • Mesin Asah                                 1 unit
  • Mesin Gerinda                             2 unit
  • Mesin Las Listrik                        1 unit
  • Mesin Las Karbit                         1 unit
  • Mesin Semprot Pasir                   1 unit
  • Mesin Boor Corter                      1 unit
Serta bahan baku yang ditempatkan pada Unit Pemesanan.
Selain itu secara berkala dikirim expert dari Pusat Pengembangan Industri Pengerjaan Logam yang saat ini menjadi Balai Besar Pengembangan Industri Logam dan Mesin (MIDC) Bandung.
Agar bantuan tersebut dapat dinikmati secara merata oleh pengusaha industry cor logam , maka harus dibentuk wadah yang bisa mencerminkan pasal 33 ayat 1 – UUD 1945 adalah wadah koperasi.
Berkenaan dengan pembentukan wadah atau organisasi pengusaha dimaksud, pejabat-pejabat tingkat Kabupaten Klaten secara serentak mensponsori terbentuknya Koperasi.
Dalam hal ini dilaksanakan oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Klaten bersama-sama Kepala Kantor Koperasi Klaten.
Sedang untuk menyerap informasi dan menampung aspirasi para pengusaha cor logam  untuk ikut berpartisipasi dalam proyek yang dimaksud, pemerintah menunjuk beberapa pengusaha yang didudukkan dalam Panitia Kecil yang disebut Team Partisipasi Proyek (TP2) dengan tugas pokok antara lain :
  1. Menyampaikan informasi kepada para pengusaha tentang maksud dan tujuan proyek bantuan pemerintah.
  2. Menggali dana dari pengusaha untuk mewujudkan pengadaan tanah dan gedung sebagai langkah tempat beroperasinya mesin-mesin bantuan pmerintah.
Atas dua idea yang dikombinasikan tersebut, maka tepatnya pada tanggal 23 Juli 1976, bertempat di pendopo Kalurahan Tegalrejo, lahirlah wadah yang dinanti-nantikan oleh para pengusaha yaitu KOPERASI PUSAT PEMESINAN PENGERJAAN LOGAM “BATUR JAYA”.
Pembentukan Koperasi tersebut dicetuskan oleh 94 pengusaha dari 103 yang hadir dan dihadiri pula oleh pejabat-pejabat Kabupaten Klaten dan pejabat dilingkungan Departemen Perindustrian yang direstui oleh Bapak Kepala Sub.Proyek BIPIK / ILM, Kenwil Departemen Perindustrian Jawa tengah, Koordinator Dinas Perindustrian Karesidenan Surakarta, Dinas Perindustrian kabupaten Klaten, Kantor Koperasi Klaten serta Direktur MIDC Bandung.

Selasa, 13 Agustus 2013

Profil Klaster Cor Logam Klaten

Salah satu pusat pertumbuhan industri logam di Jawa Tengah adalah di Kabupaten Klaten, tepatnya Ceper. Pada tahun 90-an Ceper pernah dimahkotai sebagai  daerah pengecoran logam di Indonesia karena saat itu jumlah industrinya mencapai lebih dari 325 industri, bahkan kapasitas terpasang mencapai 150.000 ton atau sekitar 40% kapasitas nasional. Pada tahun 2009 jumlah perusahaan pengecoran di Klaten ada sebanyak 295 usaha, dengan jumlah tenaga kerja 4.822 orang.
Adapun daftar industri pengolahan di Klaten, sebagaimana berikut:

No.Bidang Usaha Industri    Jumlah Usaha (Unit)    Jumlah tenaga kerja (orang)
1  Pengecoran logam                                 295         4.872
2  Pandai besi                                           294         985
3  Percetakan, penerbitan                           0            0
4  Farmasi, kimia produk                            0            0
5  Kapas Kecantikan                                   30          225
6  Vulkanisir ban                                        0            0
7  Pembuatan Arang                                   15          60
8  Gerabah                                                390        1.175
9  Barang dari Bebatuan                             8            34
10 Tegel, Produksi & Semen                        0            0
11 Bata Merah                                           1.073      3.900
12 Genteng                                              842            4.258
13 Keramik                                              19            62
14 Perbaikan benang                                160            825

Produk dari Klaster Logam Klaten adalah spare part mobil & kereta api, peralatan pertanian, suku cadang kendaraan berat, peralatan rumah tangga dan asesoris, suku cadang industri perkebunan. Pasar sasarannya adalah pasar lokal, nasional maupun internasional. Kebutuhan teknologi dan kelembagaan Klaster Logam adalah teknologi pengecoran yang terdiri dari tungku, pencetak, finishing produk serta manajemen pemasaran.

Kini semenjak diberlakukannya perdagangan bebas dan otonomi daerah, aktivitas industri cor logam lambat laun berkurang. Bahkan menurut informasi dari PEMDA Klaten, saat ini jumlah usaha yang masih berproduksi secara aktif tinggal 80 unit usaha saja (25%), 144 unit usaha (45%) bekerja di bawah normal dan 96 unit usaha (30%) sudah tutup/mati. Pada umumnya industri yang sudah mati menghentikan produksi di pabriknya sendiri karena sudah tidak efisien lagi dengan menggunakan dapur tungkik. Mereka yang beralih menggunakan dapur kupola pada umumnya masih dapat bertahan. Usaha mereka tetap jalan dengan cara men-subkontrakan ke industri yang sudah menggunakan dapur induksi.